
Sakit.
Jiwa ini terkapar bogel tak berkata. Duhai hati, bukan dengan selimut janji punca kau terlelap tenang. Sedangkan alam nalarku mulai bertatih menjerat tanya.
"mengapakah malam harus menunggu sang mentari? Jika pada hakikatnya mereka tidak akan pernah bertemu?"
Cukuplah.
Cukuplah aku rasa bising dengan tangisan sepi yang tiada kesudahannya ini. Walau ku tahu waktu akan terus bergulir sehingga maut yang menghentikannya.
Berikan celah untuk aku bernafas lega.
No comments:
Post a Comment